Saturday 25 August 2007

Nilai Rupiah Melemah

NILAI TUKAR
Rupiah Bisa Tembus Rp 9.600


Senin, 20 Agustus 2007
JAKARTA (Suara Karya): Gejolak pasar uang global akibat gagal bayar kredit perumahan di Amerika Serikat yang masih belum mereda membuat kurs rupiah pada pekan ini masih akan rentan gejolak.
"Gejolak pasar global itu bisa makin menekan pergerakan rupiah yang dikhawatirkan bisa menembus angka Rp 9.500 per dolar AS, bahkan lebih," kata pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta akhir pekan ini.
Ia mengatakan, pelaku pasar saat ini agak panik dengan gejolak pasar global. Karena itu, rupiah pada pekan depan diperkirakan masih akan tertekan pada kisaran antara Rp 9.450 hingga Rp 9.600 per dolar AS. "Kami melihat gejolak pasar global akan menekan rupiah terpuruk hingga di atas level Rp 9.500 per dolar AS," katanya.
Pemerintah, menurut dia, saat ini mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah tersebut, bahkan cenderung membiarkan mata uang lokal itu bergerak sesuai pasar.
Ia khawatir kalau rupiah makin merosot hingga mencapai level Rp 10.000 per dolar AS akan sangat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
Pergerakan rupiah, lanjut dia, yang terus merosot ini, karena kepanikan pasar akibat tekanan pasar global yang makin besar, meski bank sentral Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa telah menyuntikkan dana ke pasar uang untuk mengantisipasi gejolak tersebut.
"Kami memperkirakan gejolak pasar uang global masih berlanjut dan apabila ke depan berlangsung dalam satu bulan hingga dua bulan, maka rupiah akan makin terpuruk," katanya.
Menurut Edwin Sinaga, melemahnya nilai tukar rupiah sulit ditahan mengingat kondisi ini terjadi di hampir semua mata uang global, kecuali mata uang Jepang, Yen.
"Bank Indonesia (BI) harus berada di pasar untuk melembutkan volatilitasnya," katanya.
Ditanya tentang toleransi BI, ia mengatakan, BI memiliki range (kisaran) volatilitas yang bisa ditoleransi.
Mengenai aliran modal, dia mengakui saat ini telah terjadi aliran modal keluar (capital outflow) dari portofolio Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN).
"Namun pelarian modal itu diharapkan tidak lama dan akan kembali ke dalam negeri karena pasar Indonesia masih cukup menarik," katanya.
Ia mengatakan, pasar Indonesia masih menarik yang didukung oleh kebijakan BI mempertahankan suku bunga acuan, BI Rate, pada 8,25 persen untuk menarik investor tetap bermain di pasar, meski ada juga yang telah mengalihkan dananya ke negara lain. Ia mengharapkan gejolak pasar uang kembali membaik, yang mendorong rupiah menguat hingga ke level Rp 9.100 per dolar AS sesuai dengan target pemerintah. (Nunun/Ant)




No comments: