Thursday 31 December 2009

Keran Air

da seorang yang hidup di daerah pedalaman yang selama hidupnya belum tersentuh kemajuan dunia modern. Suatu saat ia diajak oleh anaknya mengunjungi ibu kota untuk sekedar menikmati dan mengetahui adanya gaya hidup yang lain dari yang biasa ia hadapi. Selama di kota ia tinggal di hotel yang aduhai mewahnya. Segalanya bagai mimpi. Ia merasakana adanya surga di dunia.

Bayangkan saja, Masuk di kotak kecil, berdiri beberapa menit, tiba-tiba saja sudah berada di lantai yang tinggi (lift). Hanya dengan menekan sebuah alat kecil (remote control), tiba-tiba sebuah kotak mengeluarkan sinar, dan di dalamnya ada gambar hidup (televisi). Ia tak habis-habisnya berdecak kagum akan segala keanehan dunia ibu kota yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Ketika akan pulang ke tempat asalnya, ia ditanya apa yang ingin dibawanya pulang sebagai kenangan. Tanpa berpikir panjang ia berkata: 'Saya ingin membawa pulang dua keran air.' Semua pada bengong. Namun ia lalu menjelaskan bahwa setelah pulang, kedua keran air itu akan ditempelkan pada dinding rumahnya. Ia berpikir, hanya dengan memutarkan keran air itu, ia akan mendapatkan air yang amat dibutuhkan terutama ketika terik matahari menyengat keras. Ia tidak tahu kalau keran air di kamar hotel itu dihubungkan dengan pipa ke sumber airnya.

-------------------
- Jika tak dihubungkan dengan sang ASAL, maka hidup ini cumanlah sebuah mimpi kosong.
- Penampakan lahiriah tak mewakili kebenaran batiniah seseorang.


Tarsis Sigho - Taipei
Email: sighotarsi@yahoo।com





Monday 28 December 2009

Tukang Arloji

Di Jerman tinggal seorang tukang Arloji. Namanya Herman Josep. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya. Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak barang berharga lain di kamarnya.

Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping.
Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. "Belilah makanan yang enak untuk anakmu atau tabunglah uang itu untuk hari Natal." Ini jawaban yang Herman selalu berikan.
Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada
Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepadaNya Ia akan mengulurkan tanganNya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu.
Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi Bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untukNya. Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai.

Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton. Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: "Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?" Pernah satu kali panitia Natal bertanya: "Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa." Herman menjawab:"Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan saya."
Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu. Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia
bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan
tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum juga selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada.
Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dst diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu. Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadian Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong.

Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang didalamnya terbaring bayi Yesus. Di keliling palungan itu ada Yusuf serta tiga
orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu Gloria in excelsis Deo.
"Lihat ini!" kata Herman pada Trude. "Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik."
Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti
bingkisan Natal dari Herman.

Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di depan rumahnya.
Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu
Trude masuk sambil menangis. "Ada apa?, tanyaHerman"
"Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter.
Anak-anak sudah menunggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?"
Herman tersenyum. "Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah."
Herman ambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya
ia pergi ke rumah walikota. "Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Kalau tuan mau ambil arloji ini."
Pak walikota tertawa. "Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dindng yang ada dijendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap." "Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual." "Apa? Bagi saya
semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar."
"Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. "Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus." Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman.
Tetapi Herman tidak menerima uang itu. "Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu," teriak Herman sedih.

Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan. "Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi" kata Herman sedih. "Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik." Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. "Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal.
Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong." Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung
Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu.

Rupanya pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas.

"Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual.
Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!" Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak
berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya
menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. "Dapatkah saya sampai ke altar itu?" Herman mulai menghitung. Satu! Dua!
Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: "memalukan!"
Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: "Huuuu.!"
Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Comelan dan ejekan orang-orang berhenti.
Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir.
"Mujizat! Sebuah mujizat!" Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa.
Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya.
Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya. (Ruth Sawyer)


* Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku Het Hele Jaar Rond.
Van sinterklaas tot sintemaarten. Verhalen, volksverhalen, sprookjes, legenden, volksgebruiken, jaarfeesten. Disunting oleh Marijke van Raephorst, (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.

Vincent Chua




Thursday 24 December 2009

INTERVIEW WITH GOD

Suatu pagi seorang Wartawan Muda (WM) datang mewawancarai Tuhan (G).

WM: Selamat Pagi Tuhan, sekiranya Tuhan punya waktu sedikit saya ingin bicara.

G: Ooo.. waktuKU adlh KEKEKALAN, tdk ada masalah ttg Waktu. Apa pertanyaanmu?

WM: Tks.. Apa yg paling mengherankan bagiMU tentang kami manusia?

G: Hahaha.. kalian itu makhluk yg aneh.
1. Suka mencemaskan masa depan, sampai lupa hari ini.
2. Kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.
3. Kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa, namun setelah dewasa rindu lagi jadi anak2 : suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal2 sepele.
4. Kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tetapi rela menghabiskan uangnya kembali ketika sakit dan sudah tua untuk mengembalikan kesehatan itu.
Hal2 begitulah yang membuat hidup kalian susah.

WM: Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA ?

G: Sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian : Suka Melupakan nasihatKU. Baiklah KUulangi lagi ya beberapa yg terpenting:
1. Kalian harus sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki. jadi jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.
2. Ingat : "siapa" yang kalian miliki itu lebih berharga dari pada "apa" yang kalian miliki. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.
3. Jangan bodoh dgn cemburu dan membandingkan yang dimiliki orang lain. Melainkan Bersyukurlah dengan apa yg sdh kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yg kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis Rejeki yg akan mengejar kalian.
4. Ingat orang yg disebut kaya bukanlah dia yg berhasil mengumpulkan yg paling banyak, tetapi adalah dia yg paling "sedikit" memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kepada sesamanya. Ok ?

Yg terpenting buat kamu pribadi yg sdg membaca ini, bisa mengerti dan bertindaklah.
Ingat janji ini:AKU Tidak Akan Meninggalkanmu!

sumber (SSR-klub)




Tuesday 22 December 2009

SEJARAH HARI IBU : MENGAPA TANGGAL 22 DESEMBER DIPERINGATI SEBAGAI HARI IBU

Tidak banyak orang mengetahui perihal cikal bakal lahirnya hari Ibu di Indonesia. Sejarah Hari Ibu diawali bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Ide awal diselenggarakannya kongres ini sebenarnya berasal dari R.A. Soekonto yang prihatin atas nasib perempuan pada saat itu. Ketika pada suatu kali perempuan Indonesia tidak ada yang bisa mewakili menghadiri kongres pasifik di Honolulu, ia sangat kecewa. Pada saat itu Ia berpikir, kaum perempuan Indonesia masih kurang pintar dan ketinggalan dalam hal apapun. Ia merasa kaum perempuan Indonesia sangat tertinggal dibanding dengan kaum perempuan di negara dan bangsa lain. Beranjak dari situlah bersama Nji Adjar Dewantoro dan Soejatin ia selenggarakan kongres perempuan pertama.

Berbagai kritik tak dapat mereka hindarkan pada masa itu. Apalagi kongres ini adalah kongres untuk pertama kalinya. “Kaum perempuan di dapur tempatnya”, “Kaum perempuan tidak perlu memikirkan kehidupan sebab itu kewajiban kaum laki-laki”, atau ada lagi yang mengatakan, “Kaum perempuan apa yang bisa kamu lakukan, kalau sudah bisa masak, itu sudah cukup bagi perempuan.” Demikian beberapa komentar yang dilontarkan pada kaum perempuan yang mengikuti kongres. Namun hal itu tidak menggoyahkan langkah para perempuan indonesia.

Mereka lantangkan pidato-pidato menyuarakan hak mereka. Masalah-masalah yang dirembug dalam pidato-pidato pada saat kongres tersebut kemudian dituangkan ke dalam edisi khusus majalah Isteri yang merupakan salah satu prakarsa yang lahir pada kongres tersebut.

Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.

Salah satu prakarsa lainnya adalah penetapan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Pada kongres itu, juga membahas tentang peran ibu. Ada berbagai versi tentang peran ibu yang dilontarkan oleh masing-masing utusan dari berbagai oraganisasi perempuan pada saat itu. Salah satu pidato yang menarik untuk dicermati adalah pidato yang disampaikan oleh Tien Sastrowirjo. Ia menyampaikan tentang tugas ibu yang tidak mendapat penghargaan. Ketika perempuan sudah mengerjakan segala tugas rumah dengan baik dan peremouan itu meminta kebebasan, tidak ada orang yang mengabulkannya.

Menurutnya, permintaan perempuan dalam meminta kebebasan ini harus dikabulkan. Caranya yaitu dengan membebaskan mereka untuk menikmati pendidikan. Karena dengan pendidikan mereka bisa menyelesaikan tugas dengan hasil baik. Seperti contoh jika merawat anak dengan menggunakan ilmu, maka tidak akan ada penyakit, jika mempelajari ilmu kewarganegaraan, kita mengetahui keadaan dan sejarah bengsa kita atu bangsa lain maka dengan pengetahuan ini perempuan dapat berhubungan dengan bangsa laindan menjdai bangsa yang berbudi tinggi dan pandai.

Begitulah, para perempuan Indonesia mengumpulkan pendapat dan semangat berembug di kongres itu. Padahal pada saat itu rintangan jauh lebih banyak dibanding sekarang. Rintangan itu datang dari kaum kolonial dengan penuh kecurigaannya dan adat istidat meminggirkan kaum perempuan sangat kental dan menghadang mereka. Perempuan Indonesia tidak gentar. Para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa

Lalu, penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Info tambahan : Ternyata peringatan hari ibu tanggal 22 Desember hanya di Indonesia saja. Sementara dibeberapa negara lainnya seperti seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara. (Wikipedia)


Sumber : tunu.wordpress.com



Thursday 17 December 2009

"Pintu yang Sama"("The Same Door")

Seorang pria yang sedang mengalami masalah dengan keadaan keuangannya memutuskan untuk menghubungi seorang ahli keuangan terkenal. Mereka membuat janji untuk bertemu. Pada hari yang ditentukan, pria tersebut memasuki ruang tunggu kantor sang penasihat keuangan. Anehnya, ia tidak disambut oleh seorang resepsionis pada umumnya. Justru di hadapannya ada dua pintu. Pintu pertama tertulis: merasa payah dalam pekerjaan, sedangkan di pintu kedua tertulis: enjoy dalam pekerjaan.

Karena ia merasa payah, maka ia masuk ke pintu yang bertuliskan: merasa payah dalam pekerjaan. Namun ketika ia masuk ke ruangan tersebut, ia dihadapkan dua pintu lagi. Pintu yang satu bertuliskan: berpenghasilan kurang dari 30 juta per tahun, dan pintu yang kedua bertuliskan; berpenghasilan diatas 30 juta per tahun. Masuk pintu tersebut, ia kembali dihadapkan dua pintu lain; menabung lebih dari 5 juta per tahun, dan pintu yang satunya bertuliskan: menabung kurang dari 5 juta per tahun. Tetapi ketika ia memauki pintu tersebut ternyata ia malah kembali lagi di ruang tunggu yang sebelumnya ia sudah masuki.

Pintu yang sama akan membawa kita kepada hasil yang sama pula. Pria dalam cerita di atas tidak akan pernah bisa keluar dari masalah keuangan, selama ia tidak mau mencoba masuk melalui pintu yang lain. Hidupnya ingin berubah, tapi sayang hal tersebut tidak diimbangi dengan tindakan yang juga berubah. Jika kita terus saja melakukan hal-hal yang sama seperti yang biasa kita lakukan, maka kita juga akan terus mendapatkan hasil yang sama dengan yang selama ini kita dapatkan. Jika ingin hidup kita berubah, tidak ada pilihan lain kecuali kita juga mau mengubah sikap, cara berpikir, dan tindakan kita.

Adalah hal yang mustahil jika kita ingin mendapat hasil berbeda padahal kita selalu melakukan cara yang sama.

"namun kamu tidak berbalik kepada-Ku," Demikianlah Firman Tuhan
( Amos 4 : 6 )

Haleluyah.

-Maranatha-

Tuhan Berkati Indonesia & Selamatkan bangsa kami & seluruh negara.



Prayson Thong

Tuesday 15 December 2009

Si Kecil Meminta

Sungguhlah Tuhan itu sangat baik, ia mendengarkan doa-doa anakNya, apalagi, bila doa itu dihaturkan dengan penuh keihklasan. Terlebih memang Tuhan mendengarkan doa seorang anak kecil yang masih berusia 2 tahun. Untuk berbicara saja dia masih jauh dari kesempurnaan tapi Tuhan tahu apa isi hati anak itu.

Aldi adalah nama anak kecil itu yang masih berusia 2 tahun. Ayahnya sudah hampir 3 tahun tidak bekerja alias menganggur. Entah sudah berapa dan entah kemana saja surat lamaran sudah dikirimnya tapi tak jua kunjung dapat panggilan. Dan tak urung juga niatnya untuk terus berdoa agar Tuhan memberikan kepadanya kemurahan rejeki mengingat anaknya sekarang sudah dua orang. Hampir dia rasanya putus asa.

Hingga pada suatu hari, sesuatu peristiwa sangat mengagetkan dirinya. Seperti biasa mereka - Ayah, Ibu Aldi, Aldi sendiri dan adiknya- tengah berada dalam bundaran kecil untuk bersantap siang. Lalu ayahnya berkata : "Ayo kita berdoa". Kontan saja Aldi membuat Ayahnya terperangah, karena seketika itu juga ia menutup matanya lalu membuat Tanda Salib, kemudian dengan bicara yang kurang sempurna ia berdoa :"Tuhan, kacih Bapak Adi ke-ja, ya Tuhan, ma kacih ya Tuhan. Amen" (maksudnya :Tuhan, kasih Bapak Aldi kerja ya Tuhan, terima kasih Tuhan. Amen). Ayah dan Ibunya terheran-heran melihat anaknya itu, padahal tak seorang pun yang menyuruh Aldi untuk melakukan hal itu. Begitu juga pada malam hari, Ayahnya juga menyuruh Aldi berdoa sebelum tidur. Lalu Aldi mengucapkan doa yang sama seperti waktu siang harinya. Melihat sikap Aldi yang begitu polosnya, ayahnya sempat menitikkan air mata, dalam hati dia berkata," Tuhan, lihatlah anak ini" dengan harapan Tuhan berbelas kasih kepadanya.

Begitulah yang dilakukan Aldi setiap hari, terlebih apabila dia mendengar ayahnya berkata "mari kita berdoa" dia langsung saja berdoa sendiri dengan mengucapkan doa yang sama. Hingga pada suatu hari, seseorang yang tidak dikenal datang dan mengatakan supaya Ayah Aldi segera datang ke alamat yang diberikan orang itu. Ayah Aldi pun segera mendatangi alamat tersebut, rupa-rupanya, Ayah Aldi dipanggil untuk bekerja pada perusahaan itu. Puji Tuhan ucapnya dalam hati.

Sesampainya dirumah, dia memberi tahukan kepada isterinya bahwa dia dipanggil untuk bekerja, Aldi juga mendengar percakapan orang tuanya. Lalu ayah Aldi berkata kepada Aldi supaya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, diapun lalu membuat Tanda Salib, dengan menutup mata dia berkata :" 'ma kacih ya Tuhan, Bapak Aldi cudah ke-ja".

Demikianlah Tuhan pernah berkata: "Biarkanlah anak-anak datang padaku, karena baginyalah kerajaan surga". Perkataan Tuhan itu bukan sia-sia, bagi Tuhan setiap anak yang meminta baginya pasti akan diberikan, karena Tuhan tau ketulusan anak-anak. Jadi, marilah kita mengambil hikmah dari cerita diatas, agar kiranya kita tidak ragu-ragu untuk mengajarkan anak kecil berdoa karena "Baginyalah kerajaan surga"


Agnes Evi



KADANGKALA HIDUPMU MENANGIS

Kadangkala hidup mengharuskanmu menangis tanpa sebab. Kamu merasa sudah berbuat baik dan benar, tetapi masih banyak kritikan yang di alamatkan kepadamu. Kamu mengira keputusan yang kamu ambil sudah tepat, ternyata perkiraanmu keliru.
Jangan putus asa !! Bangkitlah !!
Matahari tanpa sinar tidak layak disebut matahari. demikian juga dirimu. kamu adalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung kelabu menutupi pandangan orang untuk melihat keindahan cahayamu.

AKU sering melihatmu marah ketika kamu melihat orang lain berhasil. Untuk apa kamu menginginkan keberhasilan orang lain? Bukankah AKU sudah menyediakan suksesmu sendiri?

Kamu tidak pernah mengejarnya, jadi kamu tidak pernah bisa memilikinya. Matamu tidak terfokus kepada rancangan-Ku yang dahsyat atas hidupmu, melainkan tertuju kepada karya-Ku yang luar biasa atas hidup orang lain.

Jadilah seperti air. Selalu mengalir melewati semua benda, menembus semua sisi dan tanpa batas.

Anak-Ku, jangan mau dikalahkan oleh keadaan, tetapi kalahkan keadaaan. Anak-Ku yang terkasih, jangan sakit hati ketika kau ditegur, padahal kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik.

Sakit hati itu hanya akan membuat tidurmu tidak nyenyak dan perasaanmu tidak nyaman. Buanglah itu dari hatimu dan pikiranmu. Kuasailah dirimu sedemikian rupa hingga kamu bisa mengatasi perasaan diperlakukan tidak adil, dilecehkan, diremehkan ataupun dikhianati oleh sesamamu.

Bukankah untuk itu kau hidup? untuk melihat kenyataan bahwa di dunia ini yang paling mengerti perasaanmu dan menerima dirimu apa adanya hanya AKU?

Jauhilah segala bentuk kemarahan, tetapi jangan jauhi AKU.

Anak-Ku, ingatlah hal ini baik-baik. Aku selalu membuka tangan-Ku lebar-lebar tuk memberimu rasa aman, kapanpun kau membutuhkannya. AKU senantiasa menyiapkan bahu untuk tempat kepalamu bersandar dan mencurahkan tangis. AKU melakukannya karna AKU sungguh-sungguh peduli padamu.


Ayah yang slalu mengasihimu,

BAPA DI SURGA.


Vincent Chua

Sunday 13 December 2009

"Kekuatan cinta Kasih" ("The power of love Love")


Mengapa ada beberapa orang yang mampu melewati badai cobaan paling dahsyat dalam hidupnya dan tetap berdiri tegar. Sementara beberapa lainnya selalu mengeluh, complain terus tentang setiap gangguan kecil dalam hidupnya dan akhirnya semakin terpuruk?'

Ramesh menjelaskan-nya dalam kisah yang sangat indah ini.

'Suatu saat, hidup seorang yang sangat dipenuhi oleh roh kasih dalam hidupnya. Ketika ia meninggal, semua orang mengira bahwa manusia sepertinya pasti langsung masuk ke Surga.

Tetapi karena sesuatu dan lain hal, malaikat di Surga berbuat kesalahan. Ia kelewatan nama orang itu dan berpikir karena orang tersebut tidak terdaftar di Surga, tempatnya adalah di 'tempat satunya lagi' dan ia langsung mengirimnya ke Neraka!

Dan di Neraka, tidak ada yang men-cek reservasi anda. Semua yang dibuang di sana adalah penghuni abadi. Jadi begitulah, orang tersebut tinggal tanpa membantah karena ia berpikir mungkin dia belum layak untuk tinggal di surga.

Hanya seminggu kemudian, Raja Iblis pergi ke Surga. Marah-marah menuduh bahwa Kerajaan Surga telah melakukan terorisme di Neraka.

'Ada apa?', tanya malaikat Surga.

Sang Raja Iblis berteriak dengan murka.

"Apa maksud kalian mengirim orang ini ke Neraka. Dia benar-benar merusak tempatku. Sejak awal, dia tidak pernah membalas siapa pun yang menyakitinya. Malahan ia selalu mendengarkan, mengasihi dan menghibur yang lain. Sekarang semua penghuni di sekeliling orang ini mulai saling memeluk dan mengasihi satu dengan lainnya. Ini bukan Neraka yang ku-kehendaki. Ini orangnya aku kembalikan, aku tidak perduli. Pokoknya aku tidak bisa menerimanya di kerajaan-ku!"

Dan Ramesh menutup ceritanya dengan berkata,

"Maka hiduplah dengan penuh cinta dan kasih dalam hatimu. Sehingga apa pun yang terjadi denganmu, sampai sekalipun malaikat melakukan kesalahan dan mengirim-mu ke Neraka, Sang Iblis sendiri yang akan mengantarmu kembali ke Surga."


Haleluyah.

-Solagratia-

Tuhan Berkati Bangsa & Negara Kami Indonesia & Seluruh Negara. Amin


Prayson Thong




Saat Anda Jatuh

Pada olimpiade musim panas tahun 1982 di Barcelona, Spanyol, terjadi sebuah peristiwa yang menarik perhatian dunia.
Ketika Derek Redman melangkah menuju arena, dia membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Inilah saat yang telah dinantikannya, seumur hidupnya. Dalam hatinya, ia tahu, bahwa inilah perlombaan yang telah Tuhan tetapkan baginya, sejak semula ia diciptakan. Pada menit terakhir sebelum perlombaan itu dimulai, ia memandang ke arah deretan kursi penonton, mencari-cari wajah ayahnya.

Memang ia ingin meraih kemenangan dalam lomba itu untuk dirinya. Tetapi, lebih dari itu ia ingin memenangkan lomba itu demi ayahnya. Ayahnya, yang telah memberikan dan mengorbankan begitu banyak banyak hal, agar ia dapat masuk menjadi peserta olimpiade itu. Sekarang ia memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu sebagai tanda balas budi kepada ayahnya. Inilah saatnya untuk membuat ayahnya bangga padanya. Lalu tembakan ke udara tanda mulai berbunyi. Derek berlari, mengerahkan seluruh kekuatannya.

Segalanya tampak baik sampai akhirnya Derek memasuki putaran terakhir. Tiba-tiba terjatuh di tengah lintasan larinya. Ia mengalami kram pada kakinya. Rasa nyeri yang hebat mencengkeramnya. Dia berusaha untuk berdiri; berusaha untuk melompat; namun rasa nyeri itu terlalu menyakitkan baginya. Detik demi detik berlalu, bagai berjam-jam baginya, saat dia rebah menggeliat kesakitan. Dia tidak percaya, beginilah akhir dari perjalanannya selama ini. Mungkin dia khawatir tentang apa yang dipikirkan ayahnya saat itu, apakah ayahnya merasa malu? Apakah ayahnya akan berpaling darinya dan meninggalkannya? Mungkinkah ayahnya berpikir: Oh, bagus sekali. Jadi selama ini waktu terbuang percuma hanya untuk seorang yang bahkan tidak dapat menyelesaikan pertandingan sama sekali?

Ternyata sama sekali bukan itu yang sedang dipikirkan oleh ayahnya. Jauh diatas sana, di antara kursi-kursi penonton, ayahnya melompat berdiri. Segera ia menyelusup di antara kerumunan penonton. Saat itu ada ribuan penonton yang sedang berdiri, melihat anaknya, dan terkejut melihat anaknya sedang menderita di dalam arena. Akhirnya sang ayah berhasil mencapai garis batas lintasan lari itu. Seorang penjaga keamanan menghentikannya, dan berkata, "Tidak seorangpun diijinkan masuk ke dalam arena." Ayah Derek menjawabnya dengan kata-kata sederhana, "Itu anak saya." Maka penjaga itu tidak menghalanginya lagi. Dia melewati para penjaga itu dan masuk ke dalam lintasan lari. Dan sementara ribuan orang bersorak riuh rendah padanya, dia memapah anaknya menuju ke garis finish. Mungkin sebagian besar Anda merasakan seolah-olah Anda telah jatuh. Anda ingin menyelesaikan perlombaan yang telah Tuhan tetapkan bagi Anda, tetapi rasa nyeri yang menyerang ini terlalu menyakitkan. Tak peduli sekeras apa Anda berusaha, tampaknya Anda tetap tak mampu untuk berdiri dan melangkah lagi.

Mungkin Anda khawatir, kalau-kalau Bapa di Sorga kecewa terhadap Anda, kalau-kalau Anda tidak dapat menyenangkan hatiNya. Tahukah Anda bahwa Tuhan ada di pihak kita? Tuhan tidak kecewa pada Anda saat Anda jatuh. Anda adalah anakNya yang berharga di mataNya! Anda adalah kesayangan Bapa di Sorga. Oh, betapa sedihnya Dia menyaksikan Anda jatuh. Betapa Dia menaruh belas kasihan bagi Anda. Tuhan ada bagi Anda. Tuhan juga menghendaki agar Anda menyelesaikan perlombaan Anda dan Dia akan melakukan apa saja untuk memapah Anda menuju garis finish.

Mungkin ada beberapa orang di antara Anda yang tidak mengenal Bapa di Sorga. Tetapi Dia tetap ada di sana menanti Anda. Dia rindu memeluk Anda sebagai seorang anak yang berharga dan melindungi Anda, di setiap langkah, di dalam menjalani perlombaan yang telah ditentukan bagi Anda.

Satu-satunya jalan untuk menghampiri Bapa adalah melalui AnakNya. Yesus berfirman, "Tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Tidak ada hal lain yang dapat memberikan penghiburan yang lebih besar lagi, selain dari kenyataan bahwa: Dia yang memanggil kita untuk menjalani perlombaan ini adalah juga Dia yang membantu kita untuk sampai ke garis finish.

Sumber: Melangkah dengan Penuh Keyakinan Akan Tuhan
Penerbit Interaksara


Donna Partow



Saturday 12 December 2009




Tembok Api

Berikut ini adalah sebuah kesaksian yang berasal dari Republik Demokrat Kongo saat di sana terjadi peperangan antara pemerintah dengan tentara pemberontak.

Pintu didobrak dengan keras saat tentara-tentara musuh memasuki rumah seorang pendeta muda. Semua tentara itu membawa senapan mesin dan mereka dalam posisi siap siaga untuk menembak. Rencana mereka adalah membunuh semua penduduk desa tersebut, dan dimulai dengan membunuh pendeta muda di desa itu bersama dengan keluarganya.

Keluarga kecil ini terpaku dan menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Tentara-tentara itu diliputi dengan kebencian. "Tunggu sebentar," kata Pendeta itu, "biarkan kami berdoa sebentar sebelum kami mati." Seluruh anggota keluarga itu berlutut di lantai dan bergandengan tangan membentuk satu lingkaran, dan memohon pertolongan dari Allah. Setelah selesai berdoa, mereka berpikir para tentara akan segera menghujani tubuh mereka dengan peluru-peluru dari senapan mesin. Namun hal itu tidak terjadi. Perlahan-lahan keluarga itu bangkit berdiri dan melihat keajaiban -- para tentara telah meninggalkan rumah tersebut.

Beberapa bulan kemudian, mereka baru mengetahui apa yang menyebabkan para tentara itu meninggalkan desa tersebut. Hal itu terjadi ketika pendeta muda tadi sedang mengikuti persekutuan Kristen di kota lain dan dia saat itu sedang men-sharing-kan peristiwa yang baru dialaminya beberapa bulan yang lalu. "Para tentara tiba-tiba saja pergi meninggalkan rumah dan desa saya." Pendeta itu mengatakan bahwa sampai saat ini keluarganya dan para penduduk desa tidak mengetahui apa yang menyebabkan mereka meninggalkan desa tersebut.

"Mungkin saya dapat menjelaskannya kepada anda," sahut seseorang yang duduk di belakang. Ternyata dia adalah salah seorang tentara yang ikut mendobrak pintu rumah pendeta muda tadi. "Seperti yang anda ketahui, saya ada di sana saat kami memasuki rumah anda. Saya adalah tentara yang mengarahkan senapan di kepala anak-anak anda saat keluarga anda semua berlutut dan berdoa. Kemudian tiba-tiba sebuah tembok api muncul dan mengelilingi semua keluarga anda. Kami bahkan tidak dapat melihat anda karena terhalang oleh kobaran- kobaran api itu. Api itu sangat panas dan kami segera menyadari bahwa rumah itu akan segera terbakar, jadi kami cepat-cepat melarikan diri.

Ketika telah berada di luar, kami melihat rumah anda penuh dengan api - namun api itu tidak membakarnya dan kami segera melarikan diri dari desa itu juga. Mantan tentara itu melanjutkan kesaksiannya, "Beberapa waktu kemudian saya menyadari bahwa itu bukanlah api biasa seperti yang kami ketahui, tetapi itu adalah api yang dikirim oleh Allah. Jika dengan cara seperti itu cara Allah anda menjawab doa-doa yang anda naikkan, maka saya ingin mengenal-Nya juga. Saya sudah lelah bertempur dan membunuh orang. Itulah alasannya mengapa malam ini saya datang ke tempat ini."

Mantan tentara ini telah mengetahui bagaimana Allah menjawab doa dan bagaimana Dia memperhatikan orang-orang yang mengasihi-Nya. Mantan tentara ini perlu belajar sendiri bagaimana mengenal, mempercayai, dan mengalami Kasih Allah dalam hidupnya.

Sumber: S O O N, Issue no. 165


Vincent Chua


Jembatan

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar sedemikian hebat. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa. Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. "Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah. "Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan." "Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ...ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya." Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang." Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.

Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. "Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku." kata sang adik pada kakaknya. Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. "Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.

"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan"


Vincent Chua

"Upah Kesetiaan"("Wages Loyalty")

Seekor anjing bernama Dasher dengan setia menemani bocah cilik berusia 4 tahun bernama Millie Kwast yang tinggal di GlenRock, sebuah stasiun di kawasan penghasil anggur, Hunter Valley di utara Sidney. Suatu ketika Millie tersesat saat ia berjalan bersam anjingnya itu, ia lantas berlindung di balik semak dan memeluk anjingnya agar tetap hangat di malam hari. Millie ditemukan seorang teman keluarganya, tengah duduk dalam parit yang berjarak 2 km dai rumahnya. Sepanjang bertahan 24 jam, Millie mengaku melihat beberapa kangguru dan helikopter kuning, dan ia juga mendengar namanya dipanggil-panggil. Hal yang mengagumkan adalah, Millie selamat tanpa luka sedikitpun. Begitu setianya sang anjing menemani tuannya, bahkan sampai saat yang tidak mengenakkan.

Bagaimanakah kesetiaan kita terhadap Tuhan dan sesama? Kalau anjing saja bisa setia kepada tuannya, masakan kita tidak bisa setia? Kesetiaan merupakan sifat ilahi di dalam diri orang percaya dan merupakan buah dari pekerjaan Roh dalam diri orang percaya. Jika kita mencerminkan sifat-sifat kesetiaan dalam hidup kita, maka itu berarti kita hidup di dalam Roh Kudus.Jika kita setia, maka kesetiaan akan memimpin kita dalam mengiring dan melayani-Nya, kendatipun kesulitan dan kesukaran mewarnai hidup.

Tuhan mencari orang-orang yang berlaku setia. Tidak sekadar setia kepada sesama, tetapi terlebih kepada Tuhan. Berlakulah setia kepada sesama juga pada Dia sampai kapanpun.

Kesetiaan sejati adalah kesetiaan yang mampu bertahan sekalipun di dalam pelaksanaannya banyak mengalami rintangan dan tantangan.
Tuhan berjanji bahwa bagi orang-orang yang setia, Dia akan memberikan upah atas kesetiaan kita dan akan membrikan kita Mahkota Kehidupan.

Kesetiaan harus diwujudkan dalam tindakan dan ketulusan bukan sekadar teori belaka.

" Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya."
( Amsal 19 : 22 )


Haleluyah

-Solagratia-

Tuhan Berkati Indonesia & seluruh Dunia.


Prayson Thong


Thursday 10 December 2009

"Aku Bisa"("I Can")

"Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya:" Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup? "

tidak ada Yang Mustahil, aku bisa Chester Floyd Carlson pada mulanya adalah seorang patena hak Pengacara. Bermula dari kesulitan-kesulitannya dalam Bekerja, dimana ia harus menyalin dan mengetik ulang semua hak yang didaftarkan patena kepadanya, ia mulai Berpikir untuk mencari alternatif yang lebih baik, yang mampu membuatnya Bekerja dengan lebih cepat, lebih efektif dan efisien. Mengetik ulang semuanya tentunya menyita waktu, memakai karbon kopi atau dikenal juga dengan "basah copy" pada saat itu pun rasanya masih Membuang banyak waktu. Carlson Berpikir seperti ini: "Saya pikir kemungkinan untuk membuat sebuah penemuan bisa membunuh dua burung dengan satu batu; ini akan menjadi kesempatan untuk melakukan dunia yang baik dan juga kesempatan untuk melakukan sendiri beberapa baik." Carlson Berpikir jauh lebih luas daripada kepentingannya sendiri. Di satu sisi ia Berpikir untuk meringankan dan mempercepat kerjanya, di sisi lain dia ingin membuat sesuatu yang berguna bagi dunia. Percobaan dan dengan serangkaian usaha, Kemudian ia pun berhasil membuat sebuah mesin fotokopi pada tahun 1937. Bertahun-tahun ia gagal dalam memasarkan produknya. Beberapa perusahaan besar seperti IBM saat itu atau US Army Signal Corps pun ternyata tidak berminat, karena menurut Carlson penemuan mereka itu tidak bakal laku di pasaran. Tapi Carlson tidak putus asa. Akhirnya pada tahun ke Delapan dari usahanya, sebuah perusahaan bernama Perusahaan haloid tertarik, dan itulah yang menjadi awal dari Terbentuknya Xerox, mesin fotokopi yang hingga hari ini masih menjadi jaminan mutu. Bagaimana Carlson Jika punya pribadi yang gampang menyerah? mungkin hari ini kita masih harus menyalin segala sesuatunya dengan mempergunakan masih manual atau cetak karbon yang basah dan gampang luntur. Karena tidak gampang patah semangatnya, kita pun bisa menikmati fasilitas yang begitu banyak kita meringankan dan menghemat waktu.

Beribu-ribu tahun sebelumnya kisah yang kurang lebih sama pernah terjadi. Pada saat itu ada seorang raksasa bernama Goliat, yang tingginya saja sudah menyeramkan, kira-kira tiga meter. Dia adalah jagoan dari kelompok tentara Falistin, yang dilengkapi pula dengan baju perang dan senjata dari tembaga berupa lembing. Mata tombaknya saja seberat 7 kilogram, ditambah sebuah perisai. Jika ia tidaklah mengherankan Memandang rendah bangsa israel yang kecil-kecil dengan peralatan perang yang tidak selengkap dirinya. "Ia berdiri dan berseru kepada barisan Israel, katanya kepada mereka:" Mengapa kamu keluar untuk Mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan Biarlah ia turun mendapatkan daku. "(1 Samuel 17:8). Mendengar itu, ketakutanlah Saul dan prajuritnya. (Ay 11).

Pada saat itu terdapatlah Daud, seorang bocah yang sehari-hari kerjanya hanya menggembalakan domba ayahnya. Berbeda dengan reaksi prajurit-prajurit dewasa, ternyata Daud tidak gentar, dan Merasa terbakar Mendengar ejekan demi ejekan yang dilontarkan Goliat. Sontak ia berkata "Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya:" Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup? "(Ay 26). Prajurit perang saja takut, berani-beraninya anak kecil ini bicara begitu? Tidak ada yang percaya, termasuk Saul." Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat Menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." (ay 33). Tidak hanya dari pihak israel, tapi dari pihak Filistin Goliat pun dan mengejeknya. "Orang Filistin itu berkata kepada Daud:" Anjingkah aku, maka aku mendatangi engkau dengan Tongkat? "Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud." (ay 43). Apakah Daud omong besar dan menyombongkan diri? Sama sekali bukan. Kita lihat Daud menjawab Saul sebagai berikut "Pula kata Daud:" TUHAN yang telah Melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan Melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. "(Ay 37). Dan kepada Goliat, Daud berkata" Engkau mendatangi aku dengan pedang dan Tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. "(ay 45). Daud yakin karena ia percaya Bahwa Tuhan ada besertanya. Jika Tuhan telah Berkali-kali Melepaskan untuk kuasaNya Menyatakan Daud dari hewan-hewan buas dan pembohong yang ingin memangsa ternaknya, maka untuk Menghadapi Goliat Tuhan pun pasti bisa. Ini iman Daud kecil. Kita tahu apa yang terjadi sesudahnya. gemilang Daud mengalahkan Goliat dengan hanya berbekal satu batu dan ketapel. (Ay 50).


Mengatasi rintangan, mengatasi kemustahilan, ini bukanlah omong kosong dan bisa terjadi kepada Siapapun, termasuk kita, apabila kita melibatkan Tuhan di dalamnya. "Aku tidak bisa?" Mungkin ya, tapi bersama Tuhan Seharusnya kalimat itu diganti dengan "Aku Bisa!". Sepanjang sejarah kekristenan Bahkan hingga hari ini kita menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan sanggup mukjizat Bekerja melewati batas kemampuan Nalar atau logika manusia. "Sebab bagi Allah tidak ada yang Mustahil" (Lukas 1:37), dan dengan demikian "Tidak ada yang Mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Ini berlaku bagi Siapapun yang percaya, termasuk anda dan saya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah dalam Menghadapi masalah, terus tenggelam dalam kegagalan dan sulit untuk maju, Terikat dalam berbagai trauma yang membuat kita tidak berani mencoba untuk bangkit. Kita boleh saja gagal, orang boleh saja mencemooh kita, namun itu bukanlah akhir dari segalanya. Kita tidak boleh menyerah dan kehilangan Pengharapan. Penulis Amsal berkata "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16) Agar tidak gampang patah Ketika Menghadapi proses, lakukanlah itu semua dengan mata yang tertuju pada Yesus (Ibrani 12:2) dan "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang -orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. " (ay 3). Apapun yang tantangan atau hambatan yang saat ini kita Hadapi, Hadapilah dengan semangat tinggi dan iman yang kuat. Bersama Tuhan, apa yang tidak bisa bagi pandangan dunia akan menjadi nyata. Saat ini mungkin semuanya terlihat tidak mungkin, saat ini mungkin kita sudah lelah disepelekan, tapi Percayalah Bahwa Tuhan mampu membuat perkara-perkara besar dalam hidup anda. Karena baginya, tidak ada Yang Mustahil.

Mengatasi kemungkinan menjadi mungkin bila Allah berdiam di dalam diri.


Haleluyah.

-Solagratia-

Tuhan Berkati Indonesia & selamatkan negara kami & seluruh negara di muka Bumi ini.



Prayson Thong





Impian Seorang Mahasiswi

Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang
kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri
dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.

Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput,
memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah.
Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?" Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat.
"Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."

"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah
memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya.
"Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya
sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab.

Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan
bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi
pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi
bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka
berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia
pandai sekali menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan
malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang
diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia
mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu
pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."

"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada empat rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu
kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan
di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya."
"Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu
berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan."
"Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak
menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak
kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan
penyesalan."

Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose".
Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa
tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai.
Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai
penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan
teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan.
Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah
pilihan.

* * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat
untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
(Doa Inggris Kuno)


Vincent Chua



Lukisan Tangan Berdoa

Taukah anda kisah tentang lukisan yang sangat banyak dipasang orang terutama orang kristen, didinding-dinding rumah mereka?; lukisan sebuah tangan yang sedang berdoa.

Kisahnya ada dua orang sahabat miskin yang mempunyai keinginan untuk sekolah; tapi kedua orang tersebut adalah orang yang tidak mampu; lalu pergilah mereka kekota, karena biaya sekolah mahal maka berundinglah kedua orang tersebut.
orang I: biarlah kau yang sekolah aku yang bekerja, nanti setelah kau lulus baru aku yang sekolah.
orang II: tidak kau saja yang sekolah aku yang bekerja. begitulah kedua sahabat itu berunding;

sampai pada akhirnya salah satu dari mereka ada yang sekolah dan yang satu lagi bekerja. Albert namanya yang sedang sekolah, belajar dengan giatnya, sampai akhirnya dia lulus dengan predikat yang sangat memuaskan. Dan temannya itu bekerja sebagai buruh, kasar apapun dilakukannya agar dia memdapatkan uang dan mengirimkanya untuk Albert sebagai biaya kuliahnya. Pulanglah Albert dan menemui temanya dirumah, sebelum dia ketok pintu, dia mendengar kawannya (sedang sekarat) sedang berdoa begini "ya Tuhan biarlah sahabatku Albert belajar dan lindungi dia beri dia kekuatan agar cita-cita kami tercapi, jari-jariku terasa mati, tulang-tulangku sudah tak mampu digerakkan, aku sudah tak bisa lagi untuk sekolah" akhirnya kawannya itu meninggal.

Untuk mengenang sahabatnya itu maka Albert membuat lukisan "TANGAN YANG SEDANG BERDOA" dan sampai sekarang banyak sekali dipasang orang dirumah-rumah.

Demikianlah cerita lukisan itu, semoga kita bisa menyimak arti sebuah persahabatan dan makna lain yang terkandung dalam lukisan itu.

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yoh 13:34-35

"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Yoh 15:13


Vincent Chua